Saturday, July 25, 2009

Sony-ku sayang, Sony-ku malang


Sony… sony…
Jantungku berdetak tiap ku ingat padamu
Sony… sony…
Mengapa ada yang kurang saat kau tak ada
Sony… sony…
Salamku untukmu dari hati yang terdalam

Kau tak sempat tanyakan aku
Cintakah aku padamuu.. uhu…

Tiap kali aku berlutut, aku berdoa
Suatu saat kau bisa kembali padaku
Tiap kali aku memanggil di dalam hati
Mana sony? Mana sony-kuuuu?
Mana sony-ku?
Huu..huuhu…

Pendengar sekalian, lagu ini special dikirimkan untuk Mas Sony yang sedang sekarat (koma) di rumah sakit. Sampai sekarang kakanda Sony belum mendapat sumbangan organ tubuh yang akan membuatnya hidup. Ia koma selama 6 bulan. Hidupnya sangat tergantung pada kabel-kabel yang menempel di tubuhnya. Entah sampai kapan ia akan bertahan….

Sony-ku. Teman baikku. Sahabatku dikala malam menjelang. Teman yang setia menemaniku. Sumber pengetahuanku. Penggembiraku. Penghiburku dikala aku sedang butuh hiburan. Guruku belajar. Kini hanya tinggal kenangan…

***

Itu semua hanya intro, saudara-saudara. Biar keliatan dramatis gitu. Hahaha. Padahal yang diomongin cuma Si Sony, tvku yang sekarang ada di rumah sakit (tukang reparasi tv).

Sore itu jam menunjukkan pukul 17.00. Aku barusan pulang sekolah. Tanpa banyak cingcong aku langsung duduk di ruang tengah, ambil remote dan menyalakan tv. Pencet tombol ON. Tapi nggak ada perubahan. Aku matiin tu tv secara manual. Trus dinyalain lagi. Sama aja. Ada apa ini? Wah aku udah mulai deg-degan. Jangan-jangan remotenya rusak, saking soaknya.. trus aku copot kabel TVnya dari stop kontak. Pasang lagi. Eeh tetep aja mati. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 17.08. Waa, aku nggak mau melewatkan acara kesukaanku itu. Akhirnya dengan biadab aku pukulin tu Sony pake kemoceng. Dengan jurus dewa-mabok-duren, aku mulai beraksi. Hiyaaa ciat ciat.. dan akhirnya pas aku nyalain lagi tu tv… BERHASIL, SAUDARA-SAUDARA! Yess

Lima menit kemudian tvnya mati. Nggak mau idup sama sekali. Mas sony.. jangan matii (heboh).
Aduuh kakanda, apa yang bisa adinda lakukan tanpa kehadiranmu, kanda? Dinda tak bisa menonton jejak petualang. (lebay)

Bokap dateng. Ngecek tu tv dan akhirnya membawanya ke tukang reparasi tv deket rumah. Aku menunggu dengan setia dan sabar di rumah.

Jam 7 malem bokap balik, dia bilang gini “TVnya nggak bisa diperbaiki. Onderdilnya ada yang rusak. Nggak ada gantinya soalnya itu dari Jepang”. Makbedunduk aku langsung pingsan (ya nggak lah). Pupus sudah harapanku. Mana tu tv cuma satu-satunya pula (keluargaku menganut paham: lebih baik membaca buku daripada menonton televisi, apalagi sinetron, yang tidak bermutu itu). Bokap-nyokap menolak membeli televisi baru, karena acara tv sekarang nggak bermutu, nggak mendidik, nggak ada ‘isinya’, cuma melebih-lebihkan, hanya demi uang semata, dan lebih baik tidak usah menonton tv. Pas aku komentar, ‘ntar nggak tau berita dong!’, nyokap cuma bilang ‘halah. Berita di TV tu udah dimanipulasi. Mending baca koran aja.’ Yah, sudah tidak ada kemungkinan untuk membeli TV (dan tidak ada nilai plus lagi dari TV) :(

Sampai ketika postingan ini ditulis, Si Sony masih di rumah sakitnya. Dan aku masih aja nggak punya TV.

0 goodnight kisses: